Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia,
kelas kata terbagi menjadi tujuh
kategori,
yaitu:
1. Nomina (kata benda); nama
dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan,
misalnya buku, kuda
2. Verba (kata
kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis,
misalnya baca, lari.
a. Verba
transitif (membunuh),
b. Verba kerja
intransitif (meninggal),
c. Pelengkap
(berumah)
3. Adjektiva (kata sifat);
kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
4. Adverbia (kata keterangan); kata yang
memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya
sekarang, agak.
5. Pronomina (kata
ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
a. Orang pertama (kami),
b. Orang kedua (engkau),
c. Orang ketiga (mereka),
d. Kata ganti kepunyaan (-nya),
e. Kata ganti penunjuk (ini, itu)
Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata
yang menggantikan nomina atau frasa nomina. Contohnya adalah saya,
kapan, -nya, ini.
Penggolongan
Cara pembagian kata ganti bermacam-macam
tergantung rujukan yang digunakan. Berikut adalah salah satu cara
penggolongan pronomina.
1. Kata ganti
orang. Terbagi tiga dan dapat bersifat tunggal maupun jamak.
1. Kata ganti orang pertama. Misalnya:
saya, aku, kami, kita.
2. Kata ganti
orang kedua. Misalnya: engkau, kamu, kalian.
3. Kata ganti orang ketiga. Misalnya: dia, beliau, mereka.
2. Kata ganti pemilik. Misalnya -ku, -mu,
-nya.
3. Kata ganti penanya;
berfungsi menanyakan benda, waktu, tempat, keadaan, atau jumlah.
Misalnya apa, kapan, ke mana, bagaimana, berapa.
4. Kata ganti petunjuk. Misalnya ini, itu.
5. Kata ganti penghubung. Misalnya yang.
6. Kata ganti tak tentu. Misalnya barang
siapa.
Pronomina, yang disebut juga
kata ganti, sebenarnya tidak mengganti, tetapi mengacu ke maujud
tertentu yang terdapat dalam peristiwa pertuturan. Pengacuan itu dapat
bersifat di luar bahasa ataupun di dalam bahasa. Pronomina dapat dibagi
atas pronomina persona (antara lain saya, kamu, dan mereka), pronomina
penunjuk (antara lain, ini, itu, sana, sini), dan pronomina penanya
(antara lain apa, siapa, dan mengapa). Yang dibicarakan berikut ini
hanyalah pronomina persona. Dalam peristiwa pertuturan, pesan
diungkapkan oleh pembicara atau penulis (selanjutnya akan disebut
pembicara) kepada kawan bicara atau pembaca (selanjutnya disebut kawan
bicara). Pembicara adalah persona pertama sedangkan persona kedua yang
terlibat dalam peristiwa pertuturan. Yang tidak terlibat dalam
pertuturan adalah persona ketiga. Perhatikanlah percakapan berikut yang
memperlihatkan pemakaian beberapa pronomina. Amir dan Bonar bertemu
dengan Candra. (1) Candra : Hendak kemana kalian? (2) Bonar : Kami akan k
e rumah Dina. Engkau mau ikut? (3) Candra : Dina ? Siapa dia? (4) Bonar
: Dia kawan lamaku. Kami dulu sekampung. (5) Amir :(Berbisik kepada
Candra).Kamu tahu? Kita akan diajak merayakan pertemuan mereka kembali.
(6) Candra : O, ya? Kalau begitu, aku mau. Tetapi, Bonar, apakah kami
tidak menggangu acara kalian? (7) Bonar : Ah, tidak. Kita nanti hanya
makan angin saja, kok. (8) Amir : Jangan kaugoda, Candra. Lihat,
kata-katamu membuat merah mukanya. Pronomina aku, -ku, ku-, dan saya
mengacu ke persona pertama yang tunggal.Bentuk aku, -ku, dan ku-
digunakan jika pembicara akrab dengan kawan bicaranya seperti pada
ilustrasi di atas. Bentuk itu juga dipakai oleh orang yangsedang berdoa
atau berbicara dalam batin. Dalam situasi resmi digunakan kata saya.
Pronomina kami mengacu ke persona pertama yang jamak. Para peserta
upacara yang mengucapkan ikrar kesetuaan, misalnya, menggunakan kata
kamiyang mengacu ke diri mereka. Pronomina itu juga dapat mengacu ke
persona pertama dan persona ketiga sekaligus. Persona ketiga mungkin
hadir pada peristiwa pertuturan itu (seperti pada cakapan (2) dan (6),
mungkin pula tidak hadir (seperti pada cakapan (4)). Karena tidak
melibatkan persona kedua, pronomina kami i bersifat eksklusif. Pronomina
kita kita mengacu ke persona pertama dan kedua sekaligus. Karena itu,
acuannya jamak. Persona ketiga dapat pula dilibatkan dalam acuan itu
seperti contoh pada cakapan (7) yang selain mengacu ke Bonar dan
Candara, juga mengacu ke Amir dan Dina. Karena melibatkan persona kedua,
pronomina itu bersifat inklusif. Pronomina kamu, -mu, engkau, kau-
mengacu ke persona kedua. Bentuk itu dipakai jika tidak ada hambatan
psikologis pada pembicara; misalnya, jika pembicara akrab dengan kawan
bicara atau jika status sosial pembicara lebih tinggi daripada status
kawan bicara. Beberapa contoh pemakaian terlihat pada contoh percakapan
di atas. Pronomina itu umumnya mengacu ke jumlah tunggal, tetapi dapat
juga mengacu ke jumlah jamak-kolektif. Guru dapat mengacu ke
murid-muridnya denga kata kamu.Pada karya susastra, misalnya dalam
kalimat sajak yang berikut, engkau mengacu ke jumlah kolektif. Wahai,
para guru! Engkaulah pahlawan tanpa tanda jasa. Kata Anda bisa dipakai
dalam situasi bicara yang formal. Selain itu, kata itu juga digunakan
jika lawan bicara banyak dan/atau tidak tampak. Misalnya, dalam rapat,
kuliah, surat, iklan, teepon, atau siaran. Dengan demikian, Anda
digunakan untuk mengacu ke persona tunggal ataupun jamak. Kata kalian
digunakan untuk mengacu ke persona kedua jamak. Kata itu digunakan jika
pembicara tidak mempunyai hambatan psikologis. Acuan kalian dapat juga
mencakupi persona ketiga yang berada di pihak kawan bicara. Pada cakapan
(1) di atas, kata kalian mengacu ke Amir dan Bonar (persona kedua
jamak), sedangkan pada cakapan (6) kalian mengacu ke Bonar (persona
kedua) dan Dina (persona ketiga yang tidak hadir). Alih-alih kalian,
jika acuan jamak, kata sekalian dapat digunakan dengan cara ditambahkan
pada pronomina kedua engkau, kamu, Anda, atau pronomina pertama kami
atau kita. Bentuk Anda sekalian lebih takzim daripada engaku sekalian
atau kamu sekalian. Pronomina (d)ia –nya beliau, dan mereka mengacu ke
persona ketiga, kata )d)ia digunakan jika acuannya tunggal seperti
terlihat pada percakapan di atas. Bentuk –nya dapat mengacu ke persona
ketiga tunggal atau jamak. Pemakaian –nya seperti pada kalimat Atas
perhatiannya, saya ucapkan terima kasih tidak tepat jika bentuk itu
mengacu ke kawan bicara; seharusnya Atas perhatian Anda/Saudara, saya
ucapkan terima kasih. Kata beliau digunakan untuk menyatakan perasaan
hormat. Mereka mengacu ke jumlah dua ke atas. Bentuk –nya dapat
digunakan untuk mengacu kepada sesuatu yang bukan insan seperti terlihat
pada contoh berikut. (9) Walaupun kakinya terluka, harimau itu masih
dapat melarikan diri. Pronomina persona ketiga yang lain umumnya
digunakan untuk mengacu ke insan. Dalam dongeng, misalnya, pronomina itu
digunakan juga untuk mengacu ke hewan atau benda lain yang diinsankan.
(10) Kancil berlari ketakutan; kemudian ia mencari tempat persembunyian.
(11) Bunga mawar dan bunga matahari memamerkan keelokan mahkota mereka.
Dalam pemakaian formal, acuan yang bukan insan harus diulangi atau
diungkapkan dengan kata lain yang maknanya bersesuain. (12) Dulu kami
mempunyai radio antik, tetapi kini radio/barang itu telah dicuri orang.
Di samping itu, ada seperangkat nomina
penyapa dan pengacu yang mencakupi istilah kekerabatan, seperti bapak,
ibu, adik, dan anak yang masing-masing berpasangan dengan bentuk
singkatnya yaitu pak, bu, dik dan nak. Nomina penyapa untuk persona
kedua, sedangkan nomina pengacu untuk persona pertama, kedua, atau
ketiga. Dalam kesastraan dipakaibentuk seperti ayahanda, ibunda, adinda,
atau ananda. Bentuk yang bertalian dengan nama keahlian atau jabatan,
seperti profesor (pof), dokter (dok), kapten (kep), dan zuster (zus)
juga digunakan untuk menyapa ke persona kedua. Bentuk itu sering kali
tersa lebih hormat dan lebih santun daripada pronomina persona kedua.
Bentuk singkat kedua jenis nomina itu hanya dapat digunakan untuk
menyapa (disebut vokatif) dan tidak dapat mengacu. Perhatikan contoh
berikut.
Selamat siang, Pak.
Bu, saya pergi sebentar.
Sakit apa, Dok, anak saya?
*Rumah Dik, dimana?
*Sekarang Nak tidur dulu.
*Resep Dok dapat saya baca.
Penggunaan nomina penyapa dalam kalimat
yang bertanda bintang berarti tidak berterima.
Pronomina atau kata
ganti adalah kata yang dipakai untuk mengganti orang atau benda, seperti
aku, engkau, dia. Dalam bahasa Indonesia ada tiga jenis pronomina,
yaitu pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina penanya.
Pronomina persona
Persona Tunggal Jamak
Netral
Eksklusif Inklusif
Pertama saya,
aku, ku-, -ku - kami kita
Kedua
engkau, kamu, Anda, dikau, kau-, mu- kalian, kamu sekalian, Anda
sekalian - -
Ketiga ia, dia, beliau,
-nya mereka - -
Kata
Bilangan (numeralia)
Numeralia atau
kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau urutannya
dalam suatu deretan. Jenis numeralia yang terdapat dalam bahasa
Indonesia, yaitu numeralia tentu, numeralia tak tentu, dan numeralia
tingkat.
a. Numeralia Tentu
Kata yang menyebutkan bilangan yang
menunjukan jumlah tertentu.
Contoh:
• satu
•
empat
• sepuluh
• dua puluh
• seratus
• setengah
• sepertiga
b.Numeralia Tak Tentu
Numeralia
yang belum di ketahui secara jelas besarnya/jumlahnya. Dalam bahasa
galolen hanya sedikit kata-kata yang menyatakan bilangan tertentu.
Contoh:
•
Banyak
• Sedikit
• Semua
•
Beberapa
c. Numeralia Tingkat
Kata bilangannya yang menyatakan tingkat.
Contoh:
•
pertama
• kedua
• ketiga
•
keempat
Numeralia
(kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau
menunjukkan urutannya dalam suatu deretan,misalnya satu, kedua.
a. Angka kardinal (duabelas),
b. Angka ordinal (keduabelas)
Numeralia atau kata bilangan adalah kata
yang menunjukkan bilangan atau kuantitas.
Pembagian numeralia
1.
Numeralia pokok (kardinal)
1.
Numeralia pokok tentu
2. Numeralia
pokok kolektif
3. Numeralia pokok
distributif
4. Numeralia pokok
taktentu
5. Numeralia pokok klitika
6. Numeralia pokok ukuran
2. Numeralia tingkat (ordinal)
Kata
tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan
peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
a. preposisi (kata depan) (contoh: dari),
b. konjungsi (kata sambung), konjungsi
berkoordinasi (dan), konjungsi subordinat (karena),
a. artikula (kata sandang) (contoh: sang,
si)
b. interjeksi (kata seru)
(contoh: wow, wah), dan
c. partikel
Kata Tugas
Partikel atau kata tugas adalah kelas kata yang hanya memiliki
artigramatikal dan tidak mempunyai arti leksikal. Arti suatu kata tugas
ditentukanoleh kaitannya dengan kata lain dalam suatu frasa atau
kalimat dan tidak bisadigunakan secara lepas atau berdiri sendiri.
Kata tugas dikelompokkan menjadi lima,
yaitu:
a. preposisi (kata depan);
kata yang biasa terdapat di depan nomina, misalnya dari, dengan, di, ke
b. konjungsi (kata sambung); kata atau
ungkapan yang menghubungkandua satuan bahasa yang sederajat (antarkata,
antarfrasa, antarklausa,antarkalimat), misalnya dan, atau, serta
c. interjeksi (kata seru); kata yang
mengungkapkan seruan perasaan, misalnya ah, aduh
d. artikel (kata sandang); kata yang tidak
memiliki arti tapi menjelaskan nomina, misalnya si, sang, kaum
e. penegas yaitu -kah, -lah, -tah, pun
Preposisi
(Bahasa Latin: prae, "sebelum" dan ponere, "menempatkan, tempat") atau
kata depan adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat
dan biasanya diikuti oleh nomina atau pronomina. Preposisi bisa
berbentuk kata, misalnya di dan untuk, atau gabungan kata, misalnya
bersama atau sampai dengan.
Penggolongan
Cara penggolongan preposisi bervariasi
tergantung dari rujukan yang digunakan. Berikut salah satu cara
penggolongan yang dapat digunakan:
1.
Preposisi yang menandai tempat. Misalnya di, ke, dari.
2. Preposisi yang menandai maksud dan
tujuan. Misalnya untuk, guna.
3.
Preposisi yang menandai waktu. Misalnya hingga, hampir.
4. Preposisi yang menandai sebab. Misalnya
demi, atas.
Di, ke, dari
Penulisan preposisi ini ditulis terpisah,
contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
Perkecualian untuk hal ini adalah:
• kepada
• keluar (sebagai
lawan kata "masuk", untuk lawan kata "ke dalam", penulisan harus
dipisah, "ke luar")
• kemari
• daripada
Dimana, di mana
Menurut
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan "Kata depan di,
ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti
kepada dan daripada."
Untuk
menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia tidak
mengenal bentuk "di mana" atau "dimana" (padanan dalam bahasa Inggris
adalah "who", "whom", "which", atau "where") atau variasinya ("dalam
mana", "dengan mana", "yang mana", dan sebagainya). Penggunaan "dimana"
atau "di mana" sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada
penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia.
Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata "yang" sebagai kata
penghubung untuk kepentingan itu, dan penggunaannya pun terbatas. Dengan
demikian, HINDARI PENGGUNAAN BENTUK "DI MANA" DAN "DIMANA", termasuk
dalam penulisan keterangan rumus matematika. Kaidah tata bahasa
Indonesia memiliki kosa kata yang cukup untuk menterjemahkan "who",
"where", "which", "whom" tanpa menggunakan kata "di mana" atau "dimana".
Contoh-contoh:
• Dari artikel
Kantin: Kantin adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana
para pengunjung dapat makan.
o Usul
perbaikan: Kantin adalah sebuah ruangan di dalam sebuah gedung umum yang
dapat digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan.
• Dari artikel Tegangan permukaan: Tegangan
permukaan = F / L dimana :
F = gaya
(newton)
L = panjang m).[sic]
o Usul perbaikan (rubah struktur kalimat):
Jika
F = gaya (newton) dan
L = panjang (m),
maka tegangan permukaan S dapat ditulis sebagai S = F / L.
• Dari kalimat bahasa Inggris: Land which
is to be planted only with rice.
o
Usul terjemahan: Lahan yang akan ditanami padi saja.
• Sebuah kalimat bahasa Indonesia: Ia
kembali ke Jakarta, di mana ia dilahirkan (yang bila diterjemahkan ke
bahasa Inggris secara tata bahasa benar)
o Usul perbaikan: Ia kembali ke Jakarta, tempat ia dilahirkan
Kekisruhan ini mungkin disebabkan pengaruh
oleh Ejaan Soewandi (1947) yang mengharuskan penulisan diserangkai
dengan kata yang mengikutinya, baik sebagai kata depan maupun sebagai
awalan.
Di mana
Penggunaan "di mana" (selalu ditulis
terpisah) yang betul adalah pada kalimat tanya, misalnya: "Di mana buku
saya?"
Konjungtor adalah Ling kata sambung;
penghubung; konjungsi
Interjeksi atau
kata seru adalah kata yang mengungkapkan perasaan dan maksud seseorang,
misalnya ah dan aduh, atau melambangkan tiruan bunyi, misalnya meong.
Bentuk ini biasanya tak dapat diberi afiks dan tidak memiliki dukungan
sintaksis dengan bentuk lain.
Kata
adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian dan terdiri darisatu
atau lebih morfem. Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas
kataterbagi menjadi tujuh kategori, yaitu kata benda, kata kerja, kata
sifat,aketerangan,a ganti, kata bilangan, dan kata tugas yang mencakup
preposisi (katadepan), konjungsi (kata sambung), artikula (kata
sandang), interjeksi (kata seru),serta partikel.
Karakteristik dan struktur penulisan setiap
jenis kata itu berbeda, ada yangbisa didampingi adverbia negasi tidak,
ada yang hanya bisa didampingi adverbianegasi bukan, dan masih banyak
beberapa adverbia lain yang dapat mendampingi setiap jenis kata
tersebut. Hal itu dikarenakan makna yang timbul dari setiap jeniskata
dan fungsinya dalam kalimat berbeda.